Selamat datang kembali di blog kami!
Kali ini kami akan membahas tentang koloid. Apa itu koloid? Mau tahu lebih jauh tentang koloid? Mari kita selidiki lebih dalam tentang koloid! Check it out!
Sistem koloid adalah suatu bentuk
campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).
Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan
atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat,
baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat
dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah
sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem
koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga
merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat
berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih
mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk
diri kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran
“metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu).
Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.
Di dalam larutan koloid secara umum,
ada 2 zat sebagai berikut :
- Zat terdispersi, yakni zat yang
terlarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut
di dalam larutan koloid
Sifat-sifat
Koloid
a) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan
cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat
terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang
dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang
hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada
sinar masuk melalui celah.
b) Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel
koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan
antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang
terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c) Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat
atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1) Pemutihan gula tebu
2) Norit
3) Penjernihan air
Contoh: koloid antara obat diare dan
cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan
mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan
senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga
partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan
mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan
bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak
akan menggerombol.
d) Muatan Koloid dan
Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan
ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel
koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai
muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan
arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak
menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi
penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang
dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk
menggumpalkan debunya.
e) Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan
koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Contoh: kotoran pada air
yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan
koagulasi:
v Perubahan suhu.
v Pengadukan.
v Penambahan ion dengan
muatan besar (contoh: tawas).
v Pencampuran koloid positif
dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi
dengan cara:
i.
Mekanik : Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan,
pendinginan atau pengadukan cepat.
ii.
Kimia : Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau
garam). Contoh: susu + sirup masam —> menggumpal, lumpur +
tawas —> menggumpal. Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan
yang berlawanan. Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal
jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
f) Koloid Liofil dan Koloid
Liofob
·
Koloid Liofil
Koloid Liofil
adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling
koloid. Contoh: agar-agar.
·
Koloid Liofob
Koloid Liofob
adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan
pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian
medium pendispersi dari elektrolit.
g) Emulasi
Emulasi adalah
kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam koloid
biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu
merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h) Kestabilan Koloid
§ Banyak koloid yang harus
dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya. Contoh: es krim, tinta,
cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling
koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung. Contoh: gelatin pada
sol Fe(OH)3.
§ Untuk koloid yang berupa
emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua
cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari
emulsi minyak dan air.
i) Pemurnian Koloid
Untuk
memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan
koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan
ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya
dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen,
selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam
bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari
kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses
dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang
disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil
metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila
seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani “cuci darah”
dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan
penyaring ultra.
Pembuatan
Sistem Koloid
§ Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara
kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan partikel yang sangat kecil.
Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid
dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit sehingga
menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 +
NaCl —> AgCl(s) + NaNO3
2) Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah
reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan mereaksikan
suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s)
+ HCl
3) Reaksi Redoks
Pembuatan
koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada
larutan emas
Reaksi: AuCl3
+ HCOH —> Au + HCl + HCOOH
4) Reaksi Pergeseran
Contoh:
pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn
H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2
H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3
5) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh:
pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam
larutan kalsium asetat jenuh.
§ Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil
partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan
partikel-partikel kasar menjadi koloid.
§ Cara Mekanik
Ukuran
partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan
menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh:
Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan
kotoran air.
Membuat tinta
dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan dalam
air.
Membuat sol
belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada penggiling
koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi
sol.
§ Cara Peptisasi
Pembuatan
koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion
sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh: sol
Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
sol NiS dengan
menambahkan H2S.
karet
dipeptisasi oleh bensin.
agar-agar
dipeptisasi oleh air.
endapan
Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
§ Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan
koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat
logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan
membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.
§ Cara Ultrasonik
Yaitu penghancuran
butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
§ Campuran heterogen.
Campuran
homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air. Campuran heterogen
dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam bentuk
campuran. Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir
dalam air.
2. Koloid, contoh: susu
dengan air.
Bagaimana dengan penjelasan tadi? sudah jelas dengan apa itu koloid, apa saja sifatnya, dan bagaimana cara membuatnya? Oke, sekian pembahasan kami mengenai koloid. Semoga bermanfaat!
Bagaimana dengan penjelasan tadi? sudah jelas dengan apa itu koloid, apa saja sifatnya, dan bagaimana cara membuatnya? Oke, sekian pembahasan kami mengenai koloid. Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar